Perjuangan serdik ini berawal dari 1 Oktober 2014 (7 tahun silam)



   Alhamdulillah puji syukur tak henti-hentinya aku panjatkan kepada pemberi takdir terindah dalam hidupku, Alloh SWT. Rasa syukur ini sudah ada sejak April 2021 sejak diumumkannya peserta yang akan mengikuti PPG (pendidikan profesi guru) guru PAI (pendidikan agama Islam) tahun 2021, saat itu saat aku sedang mengajar di kelas tiba-tiba handphone ku berbunyi dan yang menelfon temanku sesama guru agama, sebelum mengangkat telepon aku sempat heran tumben sekali temenku ini telfon kira-kira ada apa, langsung kuangkat dan mengucapkan salam, temanku mengabarkan bahwa namaku ada dalam daftar peserta yang akan mengikuti PPG tahun ini bersama 83 teman lainnya di kabupatenku. 
   Bahagianya saat itu, aku membayangkan teman-teman sesama guru yang sudah terima TPG terlebih dahulu, sepertinya indah sekali, hehe. Tahapan demi tahapan aku ikuti mulai dari kumpulan peserta di kemenag sampai ujian akhir berjalan mulus tanpa halangan yang berarti. Walaupun jantung ini banyak berdebar kencang saat pembelajaran daring PPG kemarin. Namun semuanya berakhir indah dengan kelulusan PPG ku, yuforia saat yudisium, dan diterimanya sertifikat pendidik hingga pencairan TPG pertama ini.  

   Ini semua karena Alloh SWT, tanpanya apalah aku, aku menjadi kuat karenaNya, aku menjadi bisa karenaNya, aku menjadi optimis juga karenaNya. 

   Karena untuk bisa diterima menjadi guru wiyata juga amatlah susah yang aku rasakan dulu. Waktu itu saat pertama aku lulus kuliah tepatnya bulan Agustus 2014, aku langsung mencari-cari sekolah yang kosong guru agama nya sehingga aku bisa mengabdi disitu. Dapat info satu SD yang ada buka guru agama nya, aku buat lamaran menunggu beberapa Minggu, eh ternyata aku ditolak gara-gara yang akan diterima disitu anak dari komite sekolah yang diterima. Aku tak menyerah, aku cari sekolah lagi buat lamaran, dan ternyata yang mau ngisi disitu anak dari komite sekolah lagi. Dalam hati, aku ini anak siapa, bapakku sudah meninggal, apakah harus menjadi anak komite sekolah dulu biar aku bisa menjadi guru wiyata di sekolah. Semakin aku ditolak semakin aku kencangkan doa dan tahajudku, aku curhat pada pemilik sekolah di dunia aku ingin ilmu yang kudapat bermanfaat untuk muridku nantinya.

   Kesabaran ini berbuah saat dipagi itu aku mendapat telfon dari kakak temanku yang juga seorang guru SD. Aku disuruh ke sekolah tempat dia mengajar yang tempatnya dekat dengan rumah ku. Dalam benak ku mungkin aku suruh ngajar di situ dekat dengan rumah, sehingga tidak perlu keluar bensin banyak untuk perjalanan, tapi ternyata tidak. Akhirnya atas rekomendasi dari kepala sekolah kakak temanku itu aku mengajar di SD yang tempatnya agak jauh dari rumah. Bersyukur sekali rasanya, aku menjadi guru wiyata bakti mulai 1 Oktober 2014. Karena tanggal inilah aku bisa ikut pretes PPG saat itu dengan syarat harus masuk data di dapodik sebelum 1 Desember 2015, dan aku memenuhi.
   Aku pretes tanggal enam November 2019 di MAN 2 Purwokerto yang letaknya jauh dari rumah sekitar 2 jam perjalanan. Dan aku mendapat jadwal sore hari selesai tes jam lima sore, berboncengan dengan teman sampai rumah sekitar pukul tujuh malam. Alhamdulillah lulus pretes dengan nilai 71, nilai yang tak kuduga juga karena soal pretes amat sulit saat itu seperti tes CPNS. 
   Pelajaran yang bisa kupetik dari peristiwa ini atau tepatnya dari 7 tahun yang lalu yaitu kita harus selalu sabar, jangan banyak mengeluh, mensyukuri setiap jalan dengan cara selalu merasa bahagia dengan apa yang ada dan libatkan Allah dalam setiap langkah kita insyaAllah semua menjadi mudah.

Purbalingga, 9 Febuari 2022
By Rita Raswati

Posting Komentar

0 Komentar